Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.
Jama’ah rahimakumullah,
Pada kesempatan kali ini, mari kita renungkan salah satu ayat yang menggambarkan ciri-ciri orang bertaqwa dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam Surah Ali ‘Imran ayat 134:
"Alladzīna yunfiqūna fī as-sarrā’i waḍ-ḍarrā’i wal-kāẓimīnal-ghaiẓa wal-‘āfīna ‘anin-nās, wallāhu yuḥibbul-muḥsinīn."
Artinya:
"Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali 'Imran: 134)
Dalam ayat ini Allah menggambarkan tiga ciri utama orang bertaqwa, yaitu:
1. Berinfak di waktu lapang maupun sempit
Infak bukan hanya kewajiban saat kita memiliki kelebihan harta, tetapi juga saat kita dalam kesulitan. Karena sejatinya infak adalah bukti iman dan kepercayaan kepada janji Allah.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Sedekah tidak akan mengurangi harta."
(HR. Muslim no. 2588)
Ini menunjukkan bahwa secara lahiriah harta berkurang, tapi secara batin dan keberkahan, harta justru bertambah.
2. Menahan Amarah
Menahan amarah adalah akhlak mulia yang sulit dilakukan tanpa keimanan yang kuat. Amarah adalah pintu syaitan, dan orang beriman berusaha menutupnya.
Rasulullah SAW bersabda:
"Bukanlah orang kuat itu yang menang dalam bergulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah."
(HR. Bukhari no. 6114 dan Muslim no. 2609)
3. Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Memberi maaf adalah tingkatan tinggi dalam akhlak. Memaafkan bukan berarti lemah, melainkan bentuk kekuatan hati.
Nabi Muhammad SAW sendiri adalah contoh agung dalam memaafkan. Ketika beliau menaklukkan Mekkah, beliau berkata kepada orang-orang Quraisy yang dulu menyiksanya:
"Pergilah kalian, kalian semua bebas."
(HR. Baihaqi, Ibnu Ishaq – kisah Fathu Makkah)
Kisah Inspiratif: Ali bin Abi Thalib dan Pembantunya
Suatu ketika, Ali bin Abi Thalib RA sedang duduk makan. Tiba-tiba pembantunya menjatuhkan makanan panas ke pangkuannya. Spontan, Ali marah. Tapi pembantunya yang hafal ayat Al-Qur'an membaca:
"Orang-orang yang menahan amarahnya..."
Ali berkata: "Aku telah menahan marahku."
Lalu pembantunya melanjutkan:
"...dan orang-orang yang memaafkan..."
Ali menjawab: "Aku maafkan kau."
Kemudian pembantunya menutup:
"...dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan."
Ali berkata: "Pergilah, kau bebas karena Allah."
Inilah cerminan sejati dari ketaqwaan yang hidup dalam hati seorang mukmin.
Penutup
Jama’ah yang dirahmati Allah,
Marilah kita jadikan tiga ciri ini sebagai cermin diri:
- Apakah kita ringan memberi walau dalam kesulitan?
- Apakah kita mampu menahan marah?
- Apakah kita mudah memberi maaf?
Jika ya, insyaAllah kita termasuk dalam golongan muttaqin, orang-orang bertaqwa yang dicintai Allah.
Wallāhu a’lam bish-shawāb.
Wassalāmu’alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
__________________________________________
Surah Ali 'Imran ayat 134, yang merupakan salah satu ayat yang menggambarkan tanda-tanda ketaqwaan yang hakiki:
"Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (Ali 'Imran: 134)
Sikap mental (psikologi) orang-orang beriman yang digambarkan dalam ayat tersebut:
1. Orang yang berinfak di waktu lapang maupun sempit
Sikap mentalnya:
- Dermawan dan Ikhlas. Mereka tidak hanya memberi saat berkecukupan, tapi juga saat kekurangan, karena keyakinan bahwa rezeki datang dari Allah.
- Tawakal dan tidak terikat dunia. Mereka memiliki kepercayaan kuat bahwa infak tidak akan mengurangi harta, malah menambah keberkahan.
- Empati tinggi. Kepekaan sosial mereka tajam, karena mereka paham rasa sulit dan ingin meringankan penderitaan orang lain.
2. Orang yang menahan amarah
Sikap mentalnya:
- Pengendalian diri yang kuat. Mereka mampu mengontrol reaksi emosional, tidak meledak-ledak saat disakiti atau dipancing.
- Bukti Kematangan emosi. Menunjukkan kedewasaan dalam menyikapi konflik, tidak mudah terpancing atau membalas.
- Kesabaran dan kesadaran spiritual. Menyadari bahwa menahan marah adalah bentuk kebaikan yang tinggi di sisi Allah.
3. Orang yang memaafkan kesalahan orang lain
Sikap mentalnya:
- Lapang dada dan hati yang bersih. Tidak menyimpan dendam, bahkan terhadap orang yang menyakitinya.
- Kemauan untuk berdamai. Menyadari bahwa memaafkan membawa ketenangan jiwa dan memperbaiki hubungan.
- Kesadaran akan pengampunan Allah. Karena dia sendiri berharap Allah juga memaafkan dosanya, maka dia pun mudah memaafkan orang lain.
Kesimpulan:
Ketiga sikap ini—berinfak dalam segala kondisi, menahan amarah, dan memaafkan—menunjukkan tingkatan iman dan ketaqwaan yang tinggi. Psikologi orang-orang ini dipenuhi dengan keimanan yang kuat, keikhlasan, dan kesadaran akan hubungan vertikal (dengan Allah) dan horizontal (dengan sesama manusia).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar